Gentra News NTT – Sumbawa Barat, Toleransi beragama antar umat berbeda keyakinan adalah prinsip penting dalam membangun masyarakat yang harmonis dan sejahtera. Adanya toleransi dan kerjasama ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan.
Seperti halnya yang dilakukan oleh warga Umat muslim dan hindu yang berada di Desa kokarlian Kecamatan Poto Tano, Kabupaten sumbawa barat, saat melaksanakan gotong royong dalam pembangunan masjid Sirrotolmustakim,
Didampingi anggota kodim 1628/Sumbawa Barat dan anggota polres Sumbawa Barat. Minggu (03/11/24). Pukul 08,00 Wita
Desa kokarlian merupakan desa yang memiliki toleransi tinggi antar umat beragama, maka tidak heran kalau desa kokarlian dijuluki dengan desa Pancasila. Desa ini terdiri atas ada dua agama, dan Desa kokarlian ini sebagian wilayahnya adalah pertanian dan peternakan, Kehidupan beragama di desa kokarlian sangat kondusif, walaupun berbeda keyakinan. mayoritas agama masyarakat di desa kokarlian ini adalah agama islam dan hindu, Desa kokarlian memiliki 3 masjid yaitu, Masjid Darussalam, Masjid Al-Karomah, Masjid Sirrotolmustakim yang di bangun saat ini, dan yang ada di Desa kokarlian juga memiliki, 5 pure adat dan jumblah masyarakat yang memeluk agama Islam didesa kokarlian 1443 jiwa. Dan yang memeluk agama Hindu 1084 jiwa. Jumlah 2527 jiwa.
Dengan adanya keberagaman dua agama di desa kokarlian tidak menyurutkan semangat antar umat beragama untuk saling gotong-royong dan Dalam membangun masjid masyarakat yang memeluk agama hindu ikut saling membantu untuk bergotong royong membangun tempat ibadah umat Islam, demikian pula umat Hindu ketika ingin membangun pura umat Islam berbondong bergotong royong saling membantu, dan tidak hanya membantu dari segi tenaga tetapi juga dengan materi.
Disela Hari libur Minggu, Dandim 1628/Sumbawa Barat Letkol Inf Andri Karsa S.Sos M.Han. keterangannya menyampaikan bahwa kegiatan ini menunjukkan bahwa warga muslim dan hindu tidak hanya hidup berdampingan, tetapi juga saling bekerja sama dalam hal yang positif dan produktif.
Tambahnya, bersinergi dengan TNI – POLRI dan Masyarakat juga menghimbau kepada warga Desa kokarlian agar tetap menjaga toleransi dan selalu menjalin hubungan silaturahmi antar umat beragama.”Ujarnya Dandim 1628.
Maka dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk toleransi yang dilakukan warga beragama islam, hindu yaitu berupa toleransi agama dan toleransi sosial. Toleransi agama dilakukan ketika berhubungan dengan kegiatan keagamaan masing-masing masyarakat. Salah satunya ucapan selamat dan saling silaturahmi ketika salah satu umat beragama merayakan hari besar keagamaan. Sedangkan toleranis sosial di wujudkan ketika menyangkut kepentingan umum dan diluar kegiatan keagamaan misalnya melalui kegiatan kerja sama seperti kegiatan kerja bakti dan gotong royong. Faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi antar umat beragama terdiri dari faktor pendorong yaitu prinsip kerukunan, prinsip hormat dan solidaritas yang tinggi antar masyarakat dan Toleransi yang terjalin antar umat beragama telah mendorong adanya unteraksi sosial yang baik anatar warga. Hal ini di tunjukkan melalui dua wujud toleransi yaitu toleransi perkataan dan toleransi perbuatan. Sungguh menarik, pelajaran yang bisa kita ambil dari toleransi dan kerukanan anatar umat beragama adalah hari besar keagamaan masing-masing ternayata menjadi acara kemasyarakatan yang saling memupuk toleransi.
Hadir dalam kegiatan gotong royong tersebut.
Danramil 04/Poto Tano Kapten Cba Agus SH, inov. Beserta anggota 04.
Danramil 03/Seteluk Kapten Arm lalu Maryadi Akbar. Beserta anggota.
Pasi Ter Dim 1628/Sumbawa Barat Kapten Inf Bambang.
Anggota Makodim 1628/Sumbawa Barat.
Kapolsek Poto Tano
Seluruh masyarakat kokarlian baik umat Hindu dan Islam
(Pendim 1628).

