Menjaga Warisan, Merajut Identitas: Klungkung Studi Tiru Pelestarian Budaya di Buleleng

Buleleng, 29 November 2024 – Dalam upaya menjaga dan melestarikan kekayaan budaya Bali, Pemerintah Kabupaten Klungkung melaksanakan studi tiru pelestarian budaya ke Kabupaten Buleleng. Kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam wawasan, memahami implementasi metode pendidikan budaya, dan menghargai nilai-nilai budaya lokal yang masih terjaga di Buleleng.

Rombongan dari Klungkung, yang dipimpin oleh Kepala Dinas Kebudayaan Klungkung, I Ketut Suadnyana, diterima hangat oleh Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian, dan Statistik (Diskominfosanti) Buleleng, Ketut Suwarmawan, bersama Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud), Nyoman Wisandika, dan Kepala Dinas Pariwisata (Dispar), Gede Dody Sukma Oktiva Askara, di Rumah Jabatan Bupati Buleleng.

Melestarikan Tradisi Ngelontar di Gedong Kirtya
Kunjungan dimulai di Museum Gedong Kirtya, pusat pelestarian naskah kuno Bali yang menyimpan ribuan lontar terkait sastra, pengobatan, mitos, dan mantra-mantra religius. Rombongan diberi penjelasan mendalam tentang sejarah dan filosofi nyurat lontar. “Teknik dan filosofi di balik penulisan lontar ini akan kami kembangkan di Klungkung sebagai upaya melestarikan warisan budaya Bali,” ujar Suadnyana penuh semangat.

Gedong Kirtya, yang terletak di kompleks Sasana Budaya, Singaraja, bukan hanya menyimpan naskah kuno tetapi juga menjadi simbol dedikasi Buleleng dalam melestarikan tradisi intelektual Bali.

Menapak Jejak Sejarah di Puri Kanginan
Kunjungan berlanjut ke Puri Kanginan, bukti nyata peninggalan sejarah kerajaan Buleleng. Puri yang telah berdiri sejak akhir abad ke-18 ini menyimpan cerita tentang masa kejayaan Buleleng sebagai pusat pemerintahan. Posisi strategisnya di sebelah timur persimpangan empat dan pasar Buleleng menambah daya tarik situs ini sebagai saksi sejarah Bali Utara.

Menggali Artefak Budaya di Museum Puri Ayodya dan Kalibukbuk
Studi tiru ini juga mencakup kunjungan ke Museum Puri Ayodya dan situs cagar budaya Candi Buddha Kalibukbuk. Penemuan artefak Buddhis seperti stupika, arca perunggu, dan kompleks percandian menunjukkan pengaruh Buddha yang berkembang di Bali Utara sejak abad VIII hingga XIV. “Kekayaan sejarah ini menjadi bukti bahwa Bali adalah pulau dengan keanekaragaman budaya yang luar biasa,” kata Suadnyana.

Inspirasi untuk Klungkung
Studi tiru ini diharapkan menjadi langkah awal bagi Klungkung untuk mengadopsi strategi pelestarian budaya yang efektif. Suadnyana menambahkan bahwa Klungkung ingin belajar dari Buleleng untuk meningkatkan pengelolaan situs budaya dan mendidik generasi muda agar lebih mencintai warisan lokal mereka.

Dengan semangat pelestarian yang tercermin dari kunjungan ini, Klungkung berkomitmen menjadikan budaya sebagai identitas yang tak lekang oleh waktu. Seperti lontar yang terukir abadi, upaya ini akan menjadi tonggak penting dalam menjaga Bali tetap kaya akan tradisi dan nilai luhur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *