Pesona Jatiluwih Terganggu Pembangunan Liar, Pemkab Tabanan Gelar Rapat Penertiban dan Atasi Kemacetan

Gentra News Bali – Tabanan (9/10) – Keindahan alam Jatiluwih yang memukau dunia kembali menjadi sorotan, bukan hanya karena pesona sawah teraseringnya yang telah mendunia, namun juga terkait persoalan pembangunan liar dan kemacetan yang mengganggu kenyamanan wisatawan. Dalam rangka menjaga keindahan dan kenyamanan tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tabanan menggelar rapat penting pada Rabu (9/10), guna membahas langkah-langkah penertiban pembangunan dan penanganan kemacetan di Daerah Tujuan Wisata (DTW) Jatiluwih, Penebel, Tabanan.

Rapat yang berlangsung di Rumah Makan Nami Rasa ini dipimpin oleh Sekda Tabanan, I Gede Susila, dan dihadiri oleh para pemangku kepentingan, seperti Inspektur Tabanan, para kepala ODP, camat, bendesa adat, perbekel, serta pengurus Badan Pengelola dan Manajemen Operasional DTW Jatiluwih.

Mengatasi Pembangunan Liar dan Kemacetan di Tengah Pesona Wisata

Dalam rapat tersebut, permasalahan utama yang dibahas adalah maraknya pembangunan liar di sekitar DTW Jatiluwih dan kemacetan yang sering terjadi, terutama saat kunjungan wisatawan memuncak pada hari libur nasional, seperti saat perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Kemacetan ini mengganggu kelancaran arus lalu lintas serta menurunkan kenyamanan wisatawan yang datang untuk menikmati pemandangan alam yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia.

Sekda I Gede Susila menegaskan, penertiban pembangunan liar dan penanganan kemacetan sangat mendesak untuk menjaga citra positif Jatiluwih sebagai salah satu destinasi wisata unggulan Bali. “Kita harus bekerja sama untuk menjaga keberlanjutan Jatiluwih, baik dari aspek lingkungan maupun tata ruang. Pembangunan yang tidak sesuai aturan harus ditindak, dan masalah kemacetan perlu segera diselesaikan agar wisatawan tetap nyaman,” ujarnya dengan tegas.

Menjaga Keberlanjutan Jatiluwih

Selain penertiban, Pemkab Tabanan menitikberatkan pada pentingnya pengelolaan kawasan wisata Jatiluwih yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan kearifan lokal. I Gede Susila juga menekankan bahwa keberlanjutan lingkungan Jatiluwih harus didukung oleh regulasi yang tegas serta tindakan nyata dalam penegakan aturan. “Ini bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk generasi mendatang. Kita harus peduli terhadap aturan dan lingkungan agar Jatiluwih tetap menjadi destinasi yang unik dan lestari,” tambahnya.

Rapat tersebut diakhiri dengan kesepakatan untuk melakukan peninjauan lapangan dan menyusun rencana jangka pendek serta jangka panjang guna mengatasi masalah kemacetan dan pembangunan liar. Langkah-langkah konkret ini diharapkan segera diimplementasikan demi menjaga keindahan dan kenyamanan DTW Jatiluwih, sehingga ikon pariwisata Tabanan dan Bali ini tetap mempesona di mata wisatawan dunia.

Dengan keindahan alam yang tak tertandingi, Jatiluwih diharapkan terus menjadi daya tarik utama wisatawan, tanpa terganggu oleh permasalahan yang muncul, sehingga semua pihak perlu berkolaborasi untuk mewujudkan pengelolaan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *