Feature
Oleh: Rossa Hakim
Di tanah keras dan berbatu Flores Timur, air bersih bukan sekadar kebutuhan harian—ia adalah kemewahan yang didambakan, anugerah yang ditunggu. Musim kemarau panjang dan kontur tanah kapur menjadikan sebagian wilayah, termasuk Kelurahan Sarotari dan Puken Tobi Wangibao, kesulitan mendapatkan air bersih. Masyarakat selama ini terpaksa membeli air dari tangki keliling, dengan harga yang tidak murah. Untuk satu drum, mereka harus merogoh kocek yang bagi sebagian warga terlalu berat.
“Setiap bulan kami harus sisihkan uang untuk beli air. Kadang harus memilih, beli beras atau beli air,” ujar Ibu Magdalena, warga Puken Tobi Wangibao, sambil menatap aliran air yang kini mengalir dari keran sumur bor di desanya.
Melihat kondisi inilah, TMMD ke-124 hadir bukan hanya membawa alat berat, tetapi juga membawa harapan. Di bawah komando Dansatgas Letkol Inf M. Nasir Simanjuntak, prajurit TNI membangun dua titik sumur bor strategis—satu di Kelurahan Sarotari, satu lagi di Puken Tobi Wangibao. Program ini menjadi bagian dari pendekatan holistik TMMD yang tak hanya fokus pada infrastruktur jalan, tapi juga pada aspek vital lain: air bersih untuk hidup layak.
Sumur-sumur bor ini menembus kedalaman tanah berbatu, mencari denyut air di perut bumi Flores Timur. Ketika air pertama menyembur keluar, sorak bahagia warga terdengar seperti merayakan kemenangan. “Kami seperti hidup kembali,” tutur Ibu Magdalena dengan suara bergetar. Di telapak tangannya, air bersih tampak berkilau, mencerminkan harapan baru bagi kampung halamannya.
Air ini bukan hanya untuk diminum. Ia menyuburkan tanaman, membersihkan tubuh, dan menyelamatkan generasi. Dengan adanya sumur bor, warga kini bisa menanam sayur di pekarangan, memelihara hewan kecil, dan membangun pola hidup bersih dan sehat. Dalam skala lebih luas, ini menjadi modal penting menuju kemandirian pangan dan kesejahteraan.
Bupati Flores Timur, Ir. Antonius Doni Dihen, mengapresiasi langkah konkret TNI melalui TMMD. “Ini bukan hanya soal sumur, tapi soal kehadiran negara sampai ke titik paling kering,” ujarnya dalam kunjungan ke lokasi.
Tak mudah menghadirkan air di tanah sekeras Flotim. Tapi semangat gotong royong antara TNI dan rakyat membuat hal sulit jadi mungkin. Sumur ini bukan hanya hasil kerja mesin dan otot, tapi juga hasil empati dan cinta pada sesama.
Kini, dua titik sumur bor berdiri seperti monumen kecil di tengah perkampungan. Bukan monumen dari marmer, tapi dari air yang mengalir, dari senyum yang merekah, dan dari kehidupan yang terus bergerak maju.
Bagi warga Flores Timur, ini bukan akhir. Tapi awal dari hidup yang lebih mandiri—dari tanah kering menuju masa depan yang lebih basah oleh harapan.

